MAKALAH
PENDIRI DAN TOKOH MUHAMMADIYAH
Makalah Ini Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al Islam kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu: Maedi
Disusun oleh:
Anisa
Nurhuda Utami / 140621004
Yani
Apriyani / 140621003
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2014-2015
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ………………………………………………………………………………….i
Daftar
isi …………………………………………………………………………………….….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang …………………………………………………………….……………1
1.2 Rumusan
masalah ……………………………………………………….……………...1
1.3 Tujuan
…………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendiri
Muhammadiyah…………………….. ………………………………………....1
2.2 Tokoh-tokoh Muhammadiyah…………………………………………………………..2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………………………………….7
3.2 Saran
…………………………………………………………………………………...7
Daftar pustaka
………………………………………………………………………………….8
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah yang tak
ternilai harganya berupa kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini penulis ajukan
sebagai hasil kreatifitas mahasiswa dalam pembuatan makalah guna memenuhi salah
satu tugas dari mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas pengetahuannya tentang Pendiri dan Tokoh-tokoh
Muhammadiyah.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari
semuanya guna memperbaiki makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama dalam proses pembelajaran. Amin.
Cirebon,
05 April 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Muhammadiyah
sebagai organisasi besar di negeri ini tentu banyak faktor yang mempengaruhi
tentang keberadaanya. Selanjutnya muhammadiyah sebagai organisasi
pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dengan maksud dan
tujuan tersebut muhammadiyah bergerak dengan besar kecilnya kegiatan sebagai
contoh amal usaha muhammadiyah. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
“Pendiri dan Tokoh-tokoh Muhammadiyah”. Mengenai hal-hal tersebut kami akan jelaskan
selengkapnya dalam pembahasan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Siapakah pendiri muhammadiyah?
2. Siapakah tokoh-tokoh yang ikut
merumuskan muhammadiyah?
1.3
Tujuan
Untuk
mengenal Pendiri dan Tokoh-tokoh Muhammadiyah secara lebih dalam dari berbagai
sudut pandang, Sehingga sebagai bagian dari keluarga muhammadiyah kita dapat mengetahui
siapa-siapa saja yang mendirikan dan merumuskan organisasi muhammadiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendiri Muhammadiyah
KH. Ahmad Dahlan (1868 – 1923), dilahirkan di Kauman
Yogyakarta pada tahun 1285 H / 1868 M dengan nama Muhammad Darwis. Tokoh
ulama' pendiri Muhammadiyah, perjuangannya dalam berda'wah Islam
lewat Muhammadiyah tak pernah luntur
hingga wafat beliau di tahun 1923 M. Semboyan beliau yang masih dipegang
teguh oleh aktivis Muhammadiyah sampai saat ini adalah : "Hidup-hidupilah
Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada Muhammadiyah." Sepanjang hidup
beliau berda'wah memberantas TBC (Tahayul Bid'ah Churofat) dan berusaha
menciptakan masyarakat Islam dengan amal usaha.
Ia berasal dari keluarga yang
didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar,
seorang imam dan khatib masjid besar KratonYogyakarta. Sementara ibunya bernama
Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton
Yogyakarta.
Ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan
mulai disosialisasikan ketika menjabat khatib di Masjid Agung Kesultanan. Salah
satunya adalah menggarisi lantai Masjid Besar dengan penggaris miring 241/2
derajat ke Utara. Ketika berusia empat puluh tahun, 1909, Ahmad Dahlan telah
membuat terobosan dan strategi dakwah: ia memasuki perkumpulan Budi Utomo.
Melalui perkumpulan ini, Dahlan berharap dapat memberikan pelajaran agama
kepada para anggotanya.
Gerakan pembaruan K.H. Ahmad Dahlan,
yang berbeda dengan masyarakat zamannya mempunyai landasan yang kuat, baik dari
keilmuan maupun keyakinan Qur’aniyyah guna meluruskan tatanan perilaku
keagamaan yang berlandaskan pada sumber aslinya, Al-Qur’an dengan penafsiran
yang sesuai dengan akal sehat. Berangkat dari semangat ini, ia menolak taqlid
dan mulai tahun 1910 M. penolakannya terhadap taqlid semakin jelas. Akan tetapi
ia tidak menyalurkan ide-idenya secara tertulis.
Pada tanggal 1 Desember 1911 M.
Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Di sekolah ini, pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan
sistem pendidikan gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam
Swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November 1912 M. mendirikan organisasi sosial keagamaan bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
Sementara itu, usaha-usaha Muhammadiyah bukan hanya bergerak pada bidang pengajaran, tapi juga bidang-bidang lain, terutama sosial umat Islam.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November 1912 M. mendirikan organisasi sosial keagamaan bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
Sementara itu, usaha-usaha Muhammadiyah bukan hanya bergerak pada bidang pengajaran, tapi juga bidang-bidang lain, terutama sosial umat Islam.
2.1 Tokoh-tokoh
Muhammadiyah
1. Buya
HAMKA (1908 – 1984), HAMKA adalah akronim dari Haji
Abdul Malik Karim Amarullah. Beliau dilahirkan di Maninjau Sumatera Barat pada
tanggal 16 Pebruari 1908. Tahun 1928 menjadi peserta muktamar Muhammadiyah di
Solo dan sejak itu terus aktif di Muhammadiyah.
Menjadi anggota PP Muhammadiyah mulai
tahun 1953 – 1971 dan meninggal sebagai penasehat PP Muhammadiyah. Pada masa
orde lama pernah aktif sebagai anggota Konstituante hasil pemilu I tahun 1955
mewakili partai Masyumi jawa Tengah.
Sewaktu di penjara di masa orde lama
belaiu menyelesaikan karyanya yang paling monumental yaitu tafsir Al Azhar.
Ketika MUI terbentuk pada tahun 1957 beliau menjadi ketua umum yang pertama dan
juga pada periode kedua pada tahun 1980, tetapi kemudian mengundurkan diri
karena fatwanya tentang haramnya mengikuti natalan bersama ditentang oleh
pemerintah.
2.
Ki Bagus Hadikusumo
(1890 – 1954), nama kecilnya Hidayat, lahir di Kauman Yogyakarta tanggal 24
Nopember 1890 dan wafat 3 September 1954 (usia 64 tahun). Menjadi ketua PP
Muhammadiyah tahun 1942-1953. Menjadi anggota BPUPKI yang dibentuk pada tanggal
29 April 1945 dan menjadi salah satu dari 15 anggota yang menuntut agar Islam dijadikan
sebagai dasar Negara.
Beliau adalah tokoh Muhammadiyah yang gigih memperjuangkan
untuk menginstitusionalisasikan syariat Islam di Indonesia. Sumbangan terbesar
beliau untuk Republik Indonesia adalah ikut merumuskan kalimat "Ketuhanan
yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya" dalam Piagam Jakarta yang ditolak oleh utusan Kristen
dari Indonesia Timur sehingga rumusannya berubah menjadi "Ketuhanan yang
Maha Esa" sebagai sila I Pancasila.
3. Prof.
Dr. H. Moh. Amin Rais, sejak reformasi tahun 1998 biasa
juga disingkat MAR dan Bapak Reformasi, lahir di Solo pada tanggal 26 April
1944. Meraih gelar doktor pada tahun 1981 dari University of Chicago, AS dengan
judul disertasi "The Moslem Brotherhood in Egypt : Its Rise, Demise and
Resurgence" (Ikhwanul Muslimin di Mesir : Kelahiran, Keruntuhan dan
Kebangkitannya Kembali).
Beliau dipercaya
oleh beberapa tokoh penting (antara lain : Syafi'i Ma'arif, Ichlasul Amal,
Yahya Muhaimin, Kuntowidjoyo, Sudjatmiko, Ahmad Baiquni, Bambang Sudibyo, Affan
Gafar dan Mulyoto Djojomartono) untuk menjadi pimpinan Pusat Pengkajian
Strategi Kebijakan (PPSK). Menjadi asisten ketua ICMI dan ketua Dewan Pakar
ICMI (1991-1995). Menjadi pengisi tetap kolom Resonansi di Harian Umum
Republika. Tulisannya tentang Freeport dan Busang di era Soeharto berkuasa
sangat pedas mengkritik penguasa membuatnya terlempar dari kursi ketua Dewan
pakar ICMI dan dicoret dari daftar calon anggota MPR tahun 1997. Dengan begitu
banyaknya aktivitas, bagi MAR Muhammadiyah tetap yang nomor satu.
Pada
Periode 1990-1995 menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah. Setelah Mukatamar ke 43
di Aceh tanggal 1-5 Juli 1995 terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah periode
1995-2000. Mendeklarasikan berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) pada tanggal
8 Agustus 1998 dan dipercaya menjadi nakhkoda PAN saat itu. Raihan suara 7,2%
pada Pemilu 1999 membuatnya PAN menjadi 5 partai besar RI serta mengantarnya
menjadi ketua MPR. MAR amat piawai sebagai King Maker dalam pentas
politik nasional, misalnya membuat manuver politik dengan membentuk poros
tengah sehingga LPJ Presiden BJ Habibie ditolak SU MPR tahun 1999, lalu
menyebabkan Gus Dur terpilih sebagai R1 dan Megawati sebagai R2. Juga menjadi
otak pelengseran Gus Dur dari kursi R1 karena kasus Buloggate, Brunaigate,
pemecatan Kapolri, Monko Polkam dan Menko Kesra.
4.
Dr. dr. Ahmad Watik Pratiknya, Watik panggilannya, dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 8
Pebruari 1948. Beliau seorang dokter yang doktor dan ahli anatomi serta seorang
penceramah yang handal. Mulai aktif di Muhammadiyah tahun 1985 dan tercatat
sebagai anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah periode 1985-1990.
Pada Muktamar
Muhammadiyah ke 42 di Yogyakarta terpilih menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah
dan dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pendidikan. Pada Muktamar ke 43 di
Banda Aceh kembali masuk menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah dan kali ini
dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pembina Kesehatan dan Kesejahteraan PP
Muhammadiyah.
Di lembaga profesi
beliau pernah menjadi anggota Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (AAI), International
Assoctiation of Anatamist (IAA), International Assoctiation of
Biomechanics, IDI. Di birokrat beliau pernah menjadi Sekretaris Wakil
Presiden RI (9-9-1998 s/d 5-11-1999), Sekretaris Presiden B.J. Habibie dan
Direktur Habibie Centre mulai 1999 – sekarang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pendiri Muhammadiyah
KH. Ahmad Dahlan (1868 –
1923), dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1285 H / 1868 M
dengan nama Muhammad Darwis. Tokoh ulama' pendiri Muhammadiyah, perjuangannya
dalam berda'wah Islam lewat Muhammadiyah
tak pernah luntur hingga wafat beliau di tahun
1923 M. Semboyan beliau yang masih dipegang teguh oleh aktivis Muhammadiyah
sampai saat ini adalah : "Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari
hidup pada Muhammadiyah." Sepanjang hidup beliau berda'wah memberantas TBC
(Tahayul Bid'ah Churofat) dan berusaha menciptakan masyarakat Islam dengan amal
usaha.
2. Tokoh-tokoh Muhammadiyah
1) Buya
HAMKA (1908 – 1984), pada tahun 1928 beliau menjadi
peserta muktamar Muhammadiyah di Solo dan sejak itu terus aktif di
Muhammadiyah.
2)
Ki Bagus Hadikusumo (1890 – 1954), beliau menjadi ketua PP Muhammadiyah pada tahun
1942-1953.
3)
Prof. Dr. H. Moh. Amin Rais, Pada Periode beliau dipercaya 1990-1995 menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah.
4)
Dr. dr. Ahmad Watik
Pratiknya, beliau mulai aktif di Muhammadiyah pada tahun
1985 dan tercatat sebagai anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah periode
1985-1990.
3.2
Saran
Dengan mengetahui Pendiri dan
Tokoh-tokoh Muhammadiyah, pembaca diharapkan dapat lebih memahami ke-2 hal
tersebut dan pengaruhnya dalam bidang pendidikan dan Kemuhammadiyahan. Sehingga
pembaca mampu mengetahui siapa-siapa saja yang berperan aktif sebagai perumus
Muhammadiyah.
Daftar Pustaka
Drs. H. Hamdan Hambali. 2006.
IDEOLOGI DAN STRATEGI MUHAMMADIYAH. Yogyakarta. Suara Muhammadiyah
Musthafa
Kamal Pasha.2003.Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta. LPPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar