Senin, 06 April 2015

Makalah Pendiri dan Tokoh Muhammadiyah



MAKALAH
PENDIRI DAN TOKOH MUHAMMADIYAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas  Mata Kuliah Al Islam kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu: Maedi
 








Disusun oleh:
Anisa Nurhuda Utami / 140621004
Yani Apriyani / 140621003



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2014-2015
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………….i
Daftar isi …………………………………………………………………………………….….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang …………………………………………………………….……………1
1.2  Rumusan masalah ……………………………………………………….……………...1
1.3  Tujuan …………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pendiri Muhammadiyah…………………….. ………………………………………....1
2.2  Tokoh-tokoh Muhammadiyah…………………………………………………………..2

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan …………………………………………………………………………….7
3.2  Saran …………………………………………………………………………………...7

Daftar pustaka ………………………………………………………………………………….8


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah yang tak ternilai harganya berupa kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini penulis ajukan sebagai hasil kreatifitas mahasiswa dalam pembuatan makalah guna memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuannya tentang Pendiri dan Tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari semuanya guna memperbaiki makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama dalam proses pembelajaran. Amin.


Cirebon, 05 April 2015

Penulis            

BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang

Muhammadiyah sebagai organisasi besar di negeri ini tentu banyak faktor yang mempengaruhi tentang keberadaanya. Selanjutnya  muhammadiyah sebagai organisasi pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dengan maksud dan tujuan tersebut muhammadiyah bergerak dengan besar kecilnya kegiatan sebagai contoh amal usaha muhammadiyah. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang “Pendiri dan Tokoh-tokoh Muhammadiyah”. Mengenai  hal-hal tersebut kami akan jelaskan selengkapnya dalam pembahasan.

1.2       Rumusan Masalah

1.      Siapakah pendiri muhammadiyah? 
2.      Siapakah tokoh-tokoh yang ikut merumuskan muhammadiyah?

1.3      Tujuan

Untuk mengenal Pendiri dan Tokoh-tokoh Muhammadiyah secara lebih dalam dari berbagai sudut pandang, Sehingga sebagai bagian dari keluarga muhammadiyah kita dapat mengetahui siapa-siapa saja yang mendirikan dan merumuskan organisasi muhammadiyah.




BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Pendiri Muhammadiyah

KH. Ahmad Dahlan (1868 – 1923), dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1285 H / 1868 M dengan nama Muhammad Darwis. Tokoh ulama' pendiri Muhammadiyah, perjuangannya dalam berda'wah Islam   lewat   Muhammadiyah  tak   pernah  luntur  hingga wafat beliau di tahun 1923 M. Semboyan beliau yang masih dipegang teguh oleh aktivis Muhammadiyah sampai saat ini adalah : "Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada Muhammadiyah." Sepanjang hidup beliau berda'wah memberantas TBC (Tahayul Bid'ah Churofat) dan berusaha menciptakan masyarakat Islam dengan amal usaha.
Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar KratonYogyakarta. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan mulai disosialisasikan ketika menjabat khatib di Masjid Agung Kesultanan. Salah satunya adalah menggarisi lantai Masjid Besar dengan penggaris miring 241/2 derajat ke Utara. Ketika berusia empat puluh tahun, 1909, Ahmad Dahlan telah membuat terobosan dan strategi dakwah: ia memasuki perkumpulan Budi Utomo. Melalui per­kumpulan ini, Dahlan berharap dapat memberikan pelajaran agama kepada para anggotanya.


Gerakan pembaruan K.H. Ahmad Dahlan, yang berbeda dengan masyarakat zamannya mempunyai landasan yang kuat, baik dari keilmuan maupun keyakinan Qur’aniyyah guna meluruskan tatanan perilaku keagamaan yang berlandaskan pada sumber aslinya, Al-Qur’an dengan penafsiran yang sesuai dengan akal sehat. Berangkat dari semangat ini, ia menolak taqlid dan mulai tahun 1910 M. penolakannya terhadap taqlid semakin jelas. Akan tetapi ia tidak menyalurkan ide-idenya secara tertulis.

Pada tanggal 1 Desember 1911 M. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta. Di sekolah ini, pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan sistem pendidikan gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam Swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November 1912 M. mendirikan organisasi sosial keagamaan bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
Sementara itu, usaha-usaha Muhammadiyah bukan hanya bergerak pada bidang pengajaran, tapi juga bidang-bidang lain, terutama sosial umat Islam.

2.1    Tokoh-tokoh Muhammadiyah
1.      Buya HAMKA (1908 – 1984), HAMKA adalah akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amarullah. Beliau dilahirkan di Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 16 Pebruari 1908. Tahun 1928 menjadi peserta muktamar Muhammadiyah di Solo dan sejak itu terus aktif di Muhammadiyah.


            Menjadi anggota PP Muhammadiyah mulai tahun 1953 – 1971 dan meninggal sebagai penasehat PP Muhammadiyah. Pada masa orde lama pernah aktif sebagai anggota Konstituante hasil pemilu I tahun 1955 mewakili partai Masyumi jawa Tengah.

Sewaktu di penjara di masa orde lama belaiu menyelesaikan karyanya yang paling monumental yaitu tafsir Al Azhar. Ketika MUI terbentuk pada tahun 1957 beliau menjadi ketua umum yang pertama dan juga pada periode kedua pada tahun 1980, tetapi kemudian mengundurkan diri karena fatwanya tentang haramnya mengikuti natalan bersama ditentang oleh pemerintah.

2.      Ki Bagus Hadikusumo (1890 – 1954), nama kecilnya Hidayat, lahir di Kauman Yogyakarta tanggal 24 Nopember 1890 dan wafat 3 September 1954 (usia 64 tahun). Menjadi ketua PP Muhammadiyah tahun 1942-1953. Menjadi anggota BPUPKI yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dan menjadi salah satu dari 15 anggota yang menuntut agar Islam dijadikan sebagai dasar Negara.

Beliau adalah tokoh Muhammadiyah yang gigih memperjuangkan untuk menginstitusionalisasikan syariat Islam di Indonesia. Sumbangan terbesar beliau untuk Republik Indonesia adalah ikut merumuskan kalimat "Ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dalam Piagam Jakarta yang ditolak oleh utusan Kristen dari Indonesia Timur sehingga rumusannya berubah menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa" sebagai sila I Pancasila.
3.      Prof. Dr. H. Moh. Amin Rais, sejak reformasi tahun 1998 biasa juga disingkat MAR dan Bapak Reformasi, lahir di Solo pada tanggal 26 April 1944. Meraih gelar doktor pada tahun 1981 dari University of Chicago, AS dengan judul disertasi "The Moslem Brotherhood in Egypt : Its Rise, Demise and Resurgence" (Ikhwanul Muslimin di Mesir : Kelahiran, Keruntuhan dan Kebangkitannya Kembali).
Beliau dipercaya oleh beberapa tokoh penting (antara lain : Syafi'i Ma'arif, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Kuntowidjoyo, Sudjatmiko, Ahmad Baiquni, Bambang Sudibyo, Affan Gafar dan Mulyoto Djojomartono) untuk menjadi pimpinan Pusat Pengkajian Strategi Kebijakan (PPSK). Menjadi asisten ketua ICMI dan ketua Dewan Pakar ICMI (1991-1995). Menjadi pengisi tetap kolom Resonansi di Harian Umum Republika. Tulisannya tentang Freeport dan Busang di era Soeharto berkuasa sangat pedas mengkritik penguasa membuatnya terlempar dari kursi ketua Dewan pakar ICMI dan dicoret dari daftar calon anggota MPR tahun 1997. Dengan begitu banyaknya aktivitas, bagi MAR Muhammadiyah tetap yang nomor satu.

Pada Periode 1990-1995 menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah. Setelah Mukatamar ke 43 di Aceh tanggal 1-5 Juli 1995 terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah periode 1995-2000. Mendeklarasikan berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) pada tanggal 8 Agustus 1998 dan dipercaya menjadi nakhkoda PAN saat itu. Raihan suara 7,2% pada Pemilu 1999 membuatnya PAN menjadi 5 partai besar RI serta mengantarnya menjadi ketua MPR. MAR amat piawai sebagai King Maker dalam pentas politik nasional, misalnya membuat manuver politik dengan membentuk poros tengah sehingga LPJ Presiden BJ Habibie ditolak SU MPR tahun 1999, lalu menyebabkan Gus Dur terpilih sebagai R1 dan Megawati sebagai R2. Juga menjadi otak pelengseran Gus Dur dari kursi R1 karena kasus Buloggate, Brunaigate, pemecatan Kapolri, Monko Polkam dan Menko Kesra.

4.      Dr. dr. Ahmad Watik Pratiknya, Watik panggilannya, dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 8 Pebruari 1948. Beliau seorang dokter yang doktor dan ahli anatomi serta seorang penceramah yang handal. Mulai aktif di Muhammadiyah tahun 1985 dan tercatat sebagai anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah periode 1985-1990.

Pada Muktamar Muhammadiyah ke 42 di Yogyakarta terpilih menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah dan dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pendidikan. Pada Muktamar ke 43 di Banda Aceh kembali masuk menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah dan kali ini dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pembina Kesehatan dan Kesejahteraan PP Muhammadiyah.

Di lembaga profesi beliau pernah menjadi anggota Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (AAI), International Assoctiation of Anatamist (IAA), International Assoctiation of Biomechanics, IDI. Di birokrat beliau pernah menjadi Sekretaris Wakil Presiden RI (9-9-1998 s/d 5-11-1999), Sekretaris Presiden B.J. Habibie dan Direktur Habibie Centre mulai 1999 – sekarang.






























BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan
1.      Pendiri Muhammadiyah
KH. Ahmad Dahlan (1868 – 1923), dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1285 H / 1868 M dengan nama Muhammad Darwis. Tokoh ulama' pendiri Muhammadiyah, perjuangannya dalam berda'wah Islam   lewat   Muhammadiyah  tak   pernah  luntur  hingga wafat beliau di tahun 1923 M. Semboyan beliau yang masih dipegang teguh oleh aktivis Muhammadiyah sampai saat ini adalah : "Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada Muhammadiyah." Sepanjang hidup beliau berda'wah memberantas TBC (Tahayul Bid'ah Churofat) dan berusaha menciptakan masyarakat Islam dengan amal usaha.
2.      Tokoh-tokoh Muhammadiyah
1)      Buya HAMKA (1908 – 1984), pada tahun 1928 beliau menjadi peserta muktamar Muhammadiyah di Solo dan sejak itu terus aktif di Muhammadiyah.
2)      Ki Bagus Hadikusumo (1890 – 1954), beliau menjadi ketua PP Muhammadiyah pada tahun 1942-1953.
3)      Prof. Dr. H. Moh. Amin Rais, Pada Periode beliau dipercaya 1990-1995 menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah.
4)      Dr. dr. Ahmad Watik Pratiknya, beliau mulai aktif di Muhammadiyah pada tahun 1985 dan tercatat sebagai anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah periode 1985-1990.

3.2     Saran
                  Dengan mengetahui Pendiri dan Tokoh-tokoh Muhammadiyah, pembaca diharapkan dapat lebih memahami ke-2 hal tersebut dan pengaruhnya dalam bidang pendidikan dan Kemuhammadiyahan. Sehingga pembaca mampu mengetahui siapa-siapa saja yang berperan aktif sebagai perumus Muhammadiyah.
Daftar Pustaka

Drs. H. Hamdan Hambali. 2006. IDEOLOGI DAN STRATEGI MUHAMMADIYAH. Yogyakarta. Suara Muhammadiyah
Musthafa Kamal Pasha.2003.Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta. LPPI
 

Syukur.

Dulu seseorang pernah bercerita kepadaku, padahal ia jauh lebih dewasa pikirku. Umurnya, pengalamannya jauh lebih banyak ia dibanding aku. I...