Selasa, 10 April 2018

Rangkuman Kinetika Enzim


Description: kinenzim.jpg
Oleh : Anisa Nurhuda Utami
Pendidikan Kimia 140621004


Pengertian Kinetika Enzim
Kinetika  enzim adalah studi reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim. Pada kinetika enzim, laju reaksi diukur dan dampak dari berbagai kondisi reaksi. Mempelajari kinetika enzim dalam hal ini dapat mengungkapkan mekanisme katalitik enzim, perannya dalam metabolisme, bagaimana aktivitasnya dikendalikan, dan bagaimana suatu obat atau agonis dapat menghambat sebuah enzim.
Kinetika enzim merupakan bidang biokimia yang terkait dengan pengukuran kuantitatif dari kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dan pemeriksaan sistematik faktor-faktor yangg mempengaruhi kecepatan tersebut. Analisis kinetik memungkinkan para ahli merekonstruksi jumlah dan urutan tahap-tahap individual yang merupakan perubahan substrat oleh enzim menjadi produk.
Aktivitas seperangkat enzim yg seimbang dan lengkap merupakan dasar penting untuk mempertahankan homeostasis. Pemahaman tentang kinetik enzim penting untuk memahami bagaimana stress fisiologis seperti anoksia, asidosis atau alkalosis metabolik, toksin dan senyawa farmakologik mempengaruhi keseimbangan tersebut.
Reaksi Kimia Dijelaskan dengan Persamaan Kesetimbangan
Persamaan kesetimbangan di bawah menjelaskan reaksi satu molekul dari masing-masing substrat A dan B untuk membentuk satu molekul dari masing-masing produk P dan Q.
(i).   A + B « P + Q
Tanda panah ganda menunjukkan reversible (terbalikan). Jika A dan B dapat membentuk P dan, maka P dan Q juga dapat membentuk A dan B. Dengan demikian penentuan suatu reaktan sebagai “substrat” atau “produk” sedikit banyak bersifat arbitrer karena produk suatu reaksi yang dituliskan dalam satu arah adalah substrat bagi reaksi yang berlawanan. Namun, istilah “produk” sering digunakan untuk menandai reaktan yang pembentukannya menguntungkan secara termodinamis.
(ii). A + B ® P + Q
Tanda panah satu arah menunjukkan irreversible (tidak terbalikan). Digunakan untuk menjelaskan reaksi di dalam sel hidup tempat produk reaksi (ii) segera dikonsumsi oleh reaksi selanjutnya yang dikatalisis oleh enzim. Oleh karena itu, pengeluaran segera produk P atau Q secara efektif meniadakan kemungkinan terjadinya reaksi kebalikan sehingga persamaan (ii) secara fungsional menjadi irreversibel pada kondisi fisiologis. Contohnya adalah ketika kita bernapas.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Kinetika  Enzim
1)      Suhu
Oleh karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan katalis enzim juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Peningkatan suhu meningkatkan reaksi enzim yang terkatalisis dan yang tidak terkatalisis dengan cara meningkatkan energi kinetic dan frekuensi tubrukan dari besarnya molekul. Bagaimanapun energy panas dapat meningkatkan energy kinetic dari enzim ke titik yang mana kelebihan energy pelindung untuk dapat mengganggu interaksi non-kovalen yang berfungsi mengatur struktur tiga dimensi dari enzim. Cincin polipeptida kemudian mulai terbuka atau terdenaturasi, yang disertai dengan pengurangan kecepatan dari aktivitas katalisis. Pada temperatur tertentu sebuah enzim berada dalam keadaan stabil, konformasi. Enzim pada umumnya stabil pada temperatur 45-55°C. Sebaliknya, enzim pada mikroorganisme termofilik yang berada pada sumber mata air panas gunung berapi, atau pada lubang hidrotermal bawah laut dapat stabil pada suhu kurang lebih 100°C.
Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 30° – 40°C.
2)      PH
Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik pada pH optimum, masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda. Sebagai contoh : enzim amilase bekerja baik pada pH 7,5 (agak basa), sedangkan pepsin bekerja baik pada pH 2 (asam kuat/sangat asam). (e-dukasi.2010)
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan ganda. Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah, atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktifitas enzim. Terdapat suatu nilai pH tertentu atau daerah pH yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH optimum.
3)      Persamaan Michaelis-Menten dan Hill (Model Pengaruh Kadar Substrat)
           Peningkatan konsentransi substrat dapat meningkatkan kecepatan reaksi bila jumlah enzim tetap. Namun pada saat sisi aktif semua enzim berikatan dengan substrat, penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzim selanjutnya. Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim naka kinerja enzim juga akan optimal
           Untuk suatu enzim tipikal, peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan vhingga tercapai nilai maksimal Vmax (Gambar 8-3). Jika peningkatan lebih lanjut konsentrasi substrat tidak meningkatkan v1, enzim dikatakan “jenuh” oleh substrat. Perhatikan bahwa bentuk kurva yang menghubungkan aktivitas dengan konsentrasi substrat (Gambar 8-3) tampak hiperbolik. Pada setiap saat, hanya molekul substrat yang berkaitan dengan enzim dalam bentuk kompleks
v1 = Vmax[S] / K+ S
Keterangan:
v1     
   =  kecepatan reaksi.
Vmax    =  kecepatan maksimum.
S         =  substrat
Km      =  kadar substrat yang memberikan kecepatan reaksi separuh kecepatan reaksi maksimal pada kadar enzim tertentu.
4)      Konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
5)      Aktifator dan inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya, misalnya ion klorida yang bekerja pada enzim amilase. Inhibitor merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim Inhibitor. Ada 2 jenis inhibitor, yaitu :
a.       Inhibitor kompetitif
Molekul penghambat yang strukturnya mirip substrat, sehingga molekul tersebut berkompetisi dengan substrat untuk bergabung pada sisi aktif enzim. Contoh : sianida bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan Hemoglobin pada rantai akhir respirasi. Inhibitor kompetititf dapat diatasi dengan penambahan konsentrasi substrat.
Menghambat kerja enzim dengan menempati sisi aktif enzim. Inhibitor ini besaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Pengambatan bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula) dan dapat dihilangkan dengan menambah konsentrasi substrat.
Inhibitor kompetitif misalnya malonat dan oksalosuksinat, yang bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan enzim suksinat dehidrogenase, yaitu enzim yang bekerja pada substrat oseli suksinat.
v  Inhibitor kompetitif dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat
v  Struktur inhibitor kompetitif klasik cenderung mirip dengan struktur substrat.
v  Inhibitor kompetitif bekerja dengan menurunkan jumlah molekul enzim bebas yang tersedia untuk mengikat substrat, yi, untuk membentuk ES dan akhirnya menghasilkan produk.
b.      Inhibitor nonkompetitif
Molekul penghambat yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada bagian bukan sisi aktif enzim. Inhibitor ini menyebabkan sisi aktif berubah sehingga tidak dapat berikatan dengan substrat. Inhibitor nonkompetitif tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat. Inhibitor ini biasanya berupa senyawa kimia yang tidak mirip dengan substrat dan berikatan pada sisi selain sisi aktif enzim. Ikatan ini menyebabkan perubahan bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak sesuai lagi dengan substratnya. Contohnya antibiotik penisilin menghambat kerja enzim penyusun dinding sel bakteri. Inhibitor ini bersifat reversible tetapi tidak dapat dihilangkan dengan menambahkan konsentrasi substrat.
v  Pengikatan inhibitor tidak mempengaruhi pengikatan substrat
v  Inhibitor nonkompetetif sederhana menurunkan Vmax, tetapi tidak mempengaruhi Km.
v  Inhibitor nonkompetitif yang lebih kompleks terjadi jika pengikatan inhibitor memang mempengaruhi afinitas (yang  tampak) enzim terhadap substrat.













Kegunaan inhibitor
Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering digunakan sebagai obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai obat aspirin. Aspirin menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa pesan peradangan prostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa sakit. Namun, banyak pula inhibitor enzim lainnya yang beracun. Sebagai contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim ireversibel, akan bergabung dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom c oksidase dan memblok pernapasan sel
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. “enzim”.http://www.scribd.com/doc/73819805/enzim. Diakses pada
 tanggal 5 Februari 2017
Anonim. 2011. “parameter-michaelis-menten”.
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 2. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Winarno, F,G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Tama,Northma. 2011. “kinetika enzim”.
http://northma-tama.blogspot.com/2011/07/kinetika-enzim.html. diakses pada tanggal 6 Februari 2017

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE STAD BERBASIS SETS PADA MATERI KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
















PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE STAD BERBASIS SETS PADA MATERI KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN


Diusulkan oleh:


Ketua
Ani Apriani Agustin
NIM.140621001
Angkatan 2014
Anggota 1
Anisa Nurhuda Utami
NIM.140621004
Angkatan 2014
Anggota 2
Siti Tanti
NIM.150621010
Angkatan 2015


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2017



Description: C:\Users\ASUS\Pictures\HASIL SCAN\PENGESAHAN.jpg






































DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ......................................................................................   i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................   iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Prioritas Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 2
1.5  Luaran.................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1    Model Pembelajaran Kooperatif Type STAD...................................... 3
2.2    Pendekatan SETS............................................................................... 3
2.3    Hasil Belajar ...................................................................................... 5
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 6
3.1  Desain Penelitian.................................................................................. 6
3.2  Variabel Penelitian................................................................................ 6
3.3  Prosedur Penelitian............................................................................... 7
3.4  Teknik Pengambilan Sempel................................................................. 7
3.5  Instrumen Penelitian ............................................................................ 7
3.6  Teknik Analisa Data ............................................................................ 7
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ................................................ 9
4.1  Anggaran Biaya.................................................................................... 9
4.2  Jadwal Kegiatan................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 10
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pemagian Tugas
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana










DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.     Metode Eksperimen....................................................................... 6
Tabel 4.1.     Anggaran Biaya ............................................................................. 9
Tabel 4.2.     Jadwal Kegiatan ............................................................................ 9




BAB 1. PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup. Seperti yang tertuang dalam Pasal 31 ayat (1) dalam naskah UUD 1945 hasil amandemen yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, serta ayat (5) yang berbunyi “Pemerintah  memajukan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  dengan menjunjung  tinggi  nilai-nilai  agama  dan  persatuan  bangsa  untuk  kemajuan  peradaban  serta kesejahteraan umat manusia” (Jaya, 2014: 22).
Untuk menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia tersebut, maka dimulai tahun 2013 pemerintah menggunakan kurikulum 2013 untuk memberikan warna baru dalam pembelajaran bagi peserta didik. Untuk menciptakan pembelajaran bermakna diperlukan sebuah model pembelajaran yang membuat peserta didik lebih termotivasi untuk belajar terutama dalam mempelajari kimia yang identik dengan konten keilmuan yang bersifat abstrak. Salah satu model yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), model ini merupakan pembelajaran kelompok yang paling sederhana dan paling banyak  diterapkan.  Dalam model ini, para peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya.
Untuk menyempurnakan model pembelajaran tipe STAD diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang mendukung model tersebut. Salah satu pendekatan yang tepat digunakan dalam model pembelajaran ini adalah pendekatan yang melibatkan sains dan teknologi serta dampaknya pada lingkungan dan masyarakat yang dikenal dengan pendekatan SETS. Pendekatan SETS (Science, Environtment, Technology and Society) atau dalam istilah Indonesianya SaLingTeMas singkatan dari Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat. Dari akronim SETS dapat diketahui bahwa pendidikan bervisi SETS akan mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Dengan penggunaan model tipe STAD berbasis SETS pada pembelajaran kimia diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan paparan yang telah jelaskan, maka peneliti mengajukan penelitian yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis SETS Pada Materi Koloid Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik”
1.2         Prioritas Masalah
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis SETS pada materi koloid di kelas XI MIPA MAN 2 CIREBON semester genap tahun pelajaran 2017/2018?
1.3         Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis SETS pada materi koloid di kelas XI MIPA MAN 2 CIREBON semester genap tahun pelajaran 2017/2018 sehingga bahan masukan dalam memilih model pembelajaran maupun metode pembelajaran yang paling tepat, agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan mencapai kualitas prestasi belajar yang baik,
1.4         Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam memilih model pembelajaran maupun metode pembelajaran yang paling tepat, agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan mencapai kualitas prestasi belajar yang baik serta memberikan alternatif kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain sebagai supaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa­
1.5         Luaran
Hasil dari Penelitian ini akan di publikasikan di Jurnal Pendidikan Kimia, bahan pustaka Universitas Muhammadiyah Cirebon, seminar pendidikan Kimia, buku panduan model pembelajaran kooperatif yang inovatif yang sesuai dengan kondisi wilayah Cirebon khususnya untuk tingkat Madrasah Aliyah.














BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Menurut Rusman (2010: 215) pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Di dalam kelas kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang peserta didik sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Rusman (2010:229) adalah sebagai berikut:
a.       Penyampaian Tujuan dan Motivasi
b.      Pembagian Kelompok
c.       Presentasi dari Guru
d.      Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
e.       Kuis (Evaluasi Pembelajaran)
f.       Penghargaan Prestasi Tim
g.      Kesimpulan
2.2. Pendekatan SETS
SETS (Science, Environment, Technology, Society), bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filofofis yang mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut. Dalam konteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi pada lingkungan secara fisik maupun mental.
Menurut Poedjiadi (2010;84) pendekatan SETS dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap akibat perkembangan sains dan teknologi. Menurut Binadja (2002:52) Pendidikan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Program ini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (SETS) secara utuh.
Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. SETS membahas tentang hal-hal bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas dan dapat dilihat. Membicarakan unsur-unsur SETS secara terpisah berarti perhatian khusus sedang diberikan pada unsur SETS tersebut. Dari unsur ini selanjutnya dicoba untuk menghubungkan keberadaan konsep sains dalam semua unsur SETS agar bisa didapatkan gambaran umum dari peran konsep tersebut dalam unsur-unsur SETS yang lainnya.
Penerapan SETS dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik. Sebuah program untuk memenuhi kepentingan peserta didik harus dibuat dengan menyesuaikan tingkat pendidikan peserta didik tersebut. Topik-topik yang menyangkut isi SETS di luar materi pengajaran dipersiapkan oleh guru sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik. Dalam pendidikan SETS, pendekatan yang paling sesuai adalah pendekatan SETS itu sendiri. Sejumlah ciri atau karakteristik dari pendekatan SETS dikemukakan oleh Binadja (2002:54) sebagai berikut:
a.       Tetap memberi pengajaran sains.
b.      Peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk    teknologi untuk kepentingan masyarakat.
c.       Peserta didik diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi.
d.      Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi keterkaitan antara unsur tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
e.       Dalam konteks kontruktivisme peserta didik dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik bersangkutan.

2.3. Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2013: 38) belajar merupakan proses dari individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Pada dasarnya belajar adalah interaksi antara manusia dengan sesamanya dan alam semesta yang dapat mengubah perilakunya menjadi kearah yang lebih baik.
Sedangkan Menurut Roger (1998) dalam Nata (2011:101) belajar adalah sebuah proses internal yang menggerakkan peserta didik agar menggunakan seluruh potensi kognitif, afektif dan psikomotoriknya agar memiliki berbagai kapabilitas intelektual, moral dan keterampilan lainnya.
Dari berbagai pengertian belajar diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan interaksi sebagai modal utama dalam proses pembelajaran yang dapat merubah tingkah laku atau pemikiran peserta didik terhadap ilmu yang dipelajarinya, serta dapat mengaplikasikannya pada kehidupan kesehariannya yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan ligkungan sekitar.
Hasil belajar menurut teori Gagne (1984) dalam Purwanto (2013:42) hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stiumulus yang ada dilingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan didalam dan dikategori-kategori. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang (Purwanto 2013:42). Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi belajar dan mengajar pada suatu rumpun ilmu tertentu yang dapat mengubah pola pikir peserta didik yang dijabarkan dalam angka-angka atau skor.
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 2004:51). Hasil belajar seringkali diukur dengan angka atau skor yang pada dasarnya hanyalah sebuah nilai pada kenyataannya hasil belajar diukur berdasarkan kemampuan peserta didik dalam memahami, mengaplikasikan, menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya didalam kehidupan.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli tentang hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik secara keseluruhan setelah dilakukan proses pembelajaran yang berupa angka-angka atau skor. Nilai ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik  terhadap materi pelajaran yang diberikan selama proses pembelajan.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis pendekatan SETS terhadap hasil belajar peserta didik. Rancangan yang digunakan adalah “Pretest-Posttest Control Group Design”. Rancangan ini menggunakan 2 kelompok obyek, yaitu 1 kelompok sebagai kelas eksperimen, dan 1 kelompok sebagai kelas kontrol.
Tabel 3.1 Metode Eksperimen
Kelompok
Tes awal
Perlakuan
Tes akhir
A [Kel.eksperiment]
O1
X
O2
B [Kel.kontrol]
O3
-
O4

Keterangan:
O1 dan O3  =  Tes awal (pre test)
O2 dan O4  =  Tes akhir (post test)
X               = Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD berbasis SETS
Dalam Desain ini kedua kelompok diberi test awal (pretest) dengan tes yang sama, kemudian kelompok A sebagai kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, sedang kelompok B diberi perlakuan seperti biasanya. Setelah beberapa saat kedua kelompok dites dengan tes yang sama sebagai tes akhir (postest) (Syaodih, 2015:204). Setelah kedua kelas tersebut diberikan tes akhir yang sama kemudian hasilnya diperbandingkan atau diuji perbedaannya, demikian juga antara hasil tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok. Perbedaan yang berarti atau signifikan antara kedua hasil tes akhir, dan antara tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a.       Variabel terikat yaitu hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan Koloid yang terlihat dari selisih nilai posttest-pretest.
b.      Variabel bebas yaitu model pembelajaran yang digunakan saat penelitian ini berlangsung adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis SETS untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD non-SETS untuk kelas kontrol.



3.3. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan penelitian ini adalah:
1.      Mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya, baik dari jurnal maupun skripsi mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pendekatan SETS.
2.      Membuat instrumen penelitian meliputi kisi-kisi soal uji coba, kriteria penilaian soal uji coba, dan pembuatan RPP.
3.      Membuat instrumen berupa angket dan kuesioner.
4.      Melaksanakan uji coba instrumen penelitian di kelas XI MIPA yang telah mendapatkan materi koloid, kemudian menganalisis dan menerapkan instrumen penelitian.
5.      Mengambil data awal kelas XI MIPA untuk menentukan sampel penelitian dengan teknik purposive sampling.
6.      Memberikan pretest untuk kelas kontrol dan eksperimen.
7.      Melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian.
8.      Memberikan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen .
9.      Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.
10.  Mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.
11.  Menarik kesimpulan dan menyusun serta melaporkan hasil penelitian.
3.4. Teknik Pengambilan Sempel
Teknik pengambilan sempel yang digunakan adalah teknikPurposive Sempling atau Sampel Bertujuan. Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument test dan nontest.
a.       Instrument Test: instrumen test yang digunakan berupa soal-soal bentuk obyektif.
b.      Instrument Non-test: instrumen penelitian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban.
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1    Uji Coba Instrumen Penelitian
3.6.1.1   Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. (Arikunto 2012:80).
3.6.1.2   Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama (Arikunto, 2012: 104).
3.6.1.3   Daya pembeda
Menurut Arikunto (2012:226) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah).
3.6.1.4   Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto (2012: 222) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
3.6.2         Uji Prasyarat
3.6.2.1   Uji Normalitas
Uji normalitas data adalah bentuk pengujian tentang distribusi data (Sugiyono, 2015:78). Dalam penelitian ini digunakan uji Shapiro Wilk dengan program SPSS (Software Statiticial Package For Social Science) 17.0 for Windows. Langkah-langkah komputerisasi uji Shapiro Wilk pada program SPSS 17.0 for Windows adalah input data → klik Analyze → Descriptive Statistics → Explore → kelas eksperimen dan kelas kontrol dimasukkan ke Dependent List → klik Plots → pilih Normality Plots with Test → klik Continue → Ok → Output.
3.6.2.2   Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih (Sugiyono, 2015:89). Adapun langkah-langkah dalam uji homogenitas Levene Statistics menggunakan program SPSS 17.0 for Windows adalah input data → Analyze → Compare Means → One Way Anova → masukkan variable nilai ke kotak Dependent List, masukkan variable kelas ke kotak factor → klik Options → pilih Homogenity of Variance Test → klik Continue → Ok → Output.
3.6.2.3   Uji Regresi Sederhana
Uji regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen dimanipulasi, dirubah-rubah atau dinaik-turunkan (Sugiyono, 2015:260). Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:
Y = a + bX



BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya
No
Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
1
Peralatan Penunjang
 5.610.000
2
Bahan Habis Pakai
2.214.000
3
Perjalanan
2.478.750
4
Lain-lain: Administrasi, publikasi, seminar, laporan
1.767.000
Jumlah
12.069.750

4.2  Kegiatan

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Bulan
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Bulan ke-5
Persiapan




















Observasi




















Proposal




















Uji Coba Instrumen




















Pretest




















Treatment




















Posttest




















Analisis Data




















Penyusunan Laporan

































DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Binadja, A. 2002. Program Studi Pendidikan IPA (Bervisi SETS) Pemikiran dalam SETS (Science, Environment, Technology, Society). Semarang: PPS Unnes Press
BSNP. 2006.  Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23,dan 24 Tahun 2006; No. 19 dan 20 Tahun 2007. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Jaya, Sandro. 2014. UUD ’45 Amandemen I, II, III, IV Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang Sudah Diamandemen  Serta Penjelasannya dan Butir-Butir Nilai Pancasila. Jakarta: Pustaka Sandro Jaya
Muhibbin, Syah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Nata, Abudin. 2011. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Poedjiadi, Anna. 2010. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Press.
Supriyono. 2008. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Syaodih, Nana. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya Offset
Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pendidikan dan Hasil Belajar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


Lampiran 1.
Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
A.  Biodata Dosen Pembimbing
1.         Identitas Diri
1
Nama Lengkap (dengan gelar)
Banu Kisworo, M.Pd
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
3
Program Studi
Pendidikan Kimia
4
NIDN
0406028604
5
Tempat dan Tanggal Lahir
Grobogan, 6 Februari 1986
6
E-mail
kisworo.banu@yahoo.com
7
Nomor Telepon /Hp
08562760207

2.             Riwayat Pendidikan

SD
SMP
SMA
S1
S2
Nama Institusi
Negeri Purwogondo Semarang Utara
Negeri 1 Kradenan
Negeri 1 Purwodadi
UNNES
UNS
Jurusan
-
-
IPA
Pend. Kimia
Pend. Sains
Tahun Masuk-Lulus
1991-1997
1997-2000
2000-2003
2003-2008
2009–2010

3.             Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
1
Prosiding International UMP dalam NETs
Pembelajaran IPA Terpadu Pada Tema Sampah dan Usaha Penanggulangannya
Desember 2013,Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Konferensi Nasional PKM-CSR
Konferensi Nasional PKM-CSR Tentang Pelatihan Kreativitas Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Gempol dalam Memanfaatkan Lahan Pekarangan Rumah untuk Meningkatkan Tambahan Pendapatan
28 Oktober 2015, Universitas Multimedia Nasional (UMN)



Description: C:\Users\ASUS\Pictures\HASIL SCAN\DATA BANU.jpg






















Description: C:\Users\ASUS\Pictures\HASIL SCAN\data ani'.jpg












Description: C:\Users\ASUS\Pictures\HASIL SCAN\DATA ANISA.jpg










Description: C:\Users\ASUS\Pictures\HASIL SCAN\DATA TANTI.jpg








Lampiran 2.
Justifikasi Anggaran Kegiatan

1.      Peralatan Penunjang
Material
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Harga Satuan
Keterangan
Spidol
Untuk menulis
2  pack
30.000
60.000
Penghapus
Menghapus tulisan
2 buah
15.000
30.000
Blender
Alat untuk membuat sabun
1 buah
450.000
450.000
Timbangan skala 1 gram
Alat untuk menimbang bahan
1 buah
100.000
100.000
Cetakan Sabun
Alat untuk mencetak sabun
5 buah
10.000
50.000
Gelas plastic 18 oz
Alat untuk mencetak gelas
2 pcs
25.000
50.000
Gelas plastic 9 oz
Alat untuk mencetak gelas
2 pcs
15.000
30.000
Tusuk sate
Alat penahan pembuatan gelas
1 bungkus
15.000
15.000
Botol aqua bekas 1,5 L
Alat penjernihan air
10 buah
2.500
25.000
Baskom plastik
Wadah untuk menjernihkan air
5 buah
13.000
80.000
Sarung tangan dan masker
Pembuatan sabun ramah lingkungan
1 pcs
60.000
60.000
Printer
Alat untuk mencetak file
1 buah
1.000.000
1.000.000
Tempat, Alat dan Bahan Publikasi
Untuk pelaksanaan seminar

3.660.000
3.660.000
SUB TOTAL (Rp)
5.610.000

2.      Bahan Habis Pakai
Material
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Harga Satuan
Keterangan
NaOH
Pembuatan sabun
500 gram
28.000/ 500gram
28.000
Minyak Zaitun
Pembuatan sabun
1 L
30.000/
100 ml
300.000
Serai
Pembuatan sabun
2 kg
20.000/kg
40.000
Gelatin
Pembuatan gelas
2 kg
170.000/kg
340.000
Serbuk agar-agar
Pembuatan gelas
250 gram
50.000/
250 gram
50.000
Arang
Pembuatan alat penjernihan air
2 kg
25.000/kg
50.000
Ijuk kelapa
Pembuatan alat penjernihan air
 2 kg
20.000/kg
40.000
Serabut kelapa
Pembuatan alat penjernihan air
2 kg
25.000/kg
50.000
Kertas A4
Cetak dokumen
1 rim
44.000
44.000
Kertas F4
Cetak dokumen
1 rim
53.000
53.000
Tinta Hitam
Cetak Dokumen
2 pack
69.000
138.000
Tinta Warna
Cetak Dokumen
1 pack
65.000
65.000
SUB TOTAL (Rp)
1.198.000

3.      Perjalanan
Material
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Harga Satuan
Keterangan
Transfort
BBM pulang pergi menuju tempat penelitian di Cirebon dan Kampus
40 Liter
8.750
350.000
Publikasi
Pembimbingan dan Seminar Hasil Penelitian
5 orang
500.000
2.050.000
SUB TOTAL (Rp)
2.400.000

4.      Lain-lain
Material
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Harga Satuan
Keterangan
Pengadaan & pembuatan proposal
Pembuatan proposal awal penelitian
3 jilid
145.000
435.000
Pengadaan dan pembuatan laporan
Pelaporan hasil kegiatan
3 jilid
125.000
375.000
Pengadaan & pembuatan buku panduan praktikum
Sebagai pedoman dalam melaksanakan praktikum
10 buah
25.000
250.000
Pengadaan & pembuatan lembar kerja siswa
Sebagai bahan ajar peserta didik
70 buah
10.000
700.000
Materai
Digunakan untuk surat pernyataan
1 buah
7.000
7.000
SUB TOTAL (Rp)
1.767.000





































Lampiran 3.
Susunan Organisasi  Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No
Nama/ NIM
Program Studi
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu (Jam/Minggu)
UraianTugas
1
Ani Apriani Agustin 140621001
Pend. Kimia
Pend Kimia
18
Kegiatan managerial:
·         Membagi tugas untuk masing-masing anggota dengan adil dan memberikan pengarahan mengenai seluruh tahap dalam proses penelitian
·         Bertanggung jawab atas seluruh proses penelitian.
Kordinator tim:
·         Memberikan instruksi kepada kedua anggota sesuai dengan tugas masing-masing.
2
Anisa Nurhuda Utami 140621004
Pendidikan Kimia
Pendidikan Kimia
15
Bendahara penelitian:
·         Perhitungan jumlah dana yang diperlukan dalam penelitian.
·         Mengelola dana yang dikeluarkan selama proses penelitian, mulai dari dana untuk pembuatan media, proses pembelajaran, dan administrasi penelitian.
Penanggung jawab lapangan:
·         Mengoordinasikan situasi dilapangan dan melaporkannya ke ketua pelaksana.
·         Menjamin ketersediaan dan kelengkapan alat/bahan yang dibutuhkan selama proses penelitian di lapangan.
3
Siti Tanti 150621010
Pend. Kimia
Pend. Kimia
15
Penanggung jawab konten pembelajaran:
·         Menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran, seperti buku panduan pembelajaran, RPP, angket, dan intstrumen evaluasi.
Sekretaris umum dalam penelitian:
·         Menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi, seperti proposal penelitian, surat pernyataan, surat izin penelitian, dan hasil penelitian.
·         Mengolah data hasil penelitian.









Description: C:\Users\ASUS\Pictures\HASIL SCAN\sURAT PERNYATAAN.jpg

Syukur.

Dulu seseorang pernah bercerita kepadaku, padahal ia jauh lebih dewasa pikirku. Umurnya, pengalamannya jauh lebih banyak ia dibanding aku. I...