Kamis, 23 Oktober 2014

Terasingkan

Aku merasa terasingkan..
Ya terasingkan :(
yang ditinggalkan dalam melangkah, yang diabaikan ketika berhadapan, tak ada artinya dimata mereka. Jika boleh bertanya, katakan apa yang salah, dimana letak kesalahan itu, dan tak adakah kemurahan hati untuk memaafkan dengan tulus, untuk menerima selayaknya seorang manusia yang peka terhadap rasa.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendirian, membutuhkan orang lain dalam setiap lembar urusan dan setiap manusia saling membutuhkan. Mungkin bukan sekarang, tapi di suatu hari yang akan datang.
Aku, aku adalah orang yang terasingkan, yang menikmati kehidupan sederhana yang aku punya. Sebuah catatan yang selalu bersedia mendengarkan cerita dan airmata, yang tak pernah bosan dan tak pernah mengeluh mengenai ini semua. Malam dingin menjadi saksi, bagitu mahalnya sesuatu yang di sebut teman dan ketulusan di kota ini. Entah siapa yang bisa disalahkan.
Hidup memang terlalu keras untuk dinikmati dengan kesederhanaan, terlalu kejam untuk dilewati dengan kelembutan dan terlalu angkuh untuk disambut dengan ramah tamah. Haruskah?? Hukum rimba adalah hukum yang tak pernah adil menurutku, memenangkan yang berkuasa, menjatuhkan si lemah, membiarkannya memohon atas ketakberdayaannya dan mereka tertawa diatas tangisan orang-orang malang.
Aku, ya aku. Aku adalah orang malang yang terasingkan. Terasingkan dari kehidupan gemerlap mereka,, terasingkan dari mulut-mulut manis nan munafik , terasingkaan dalam sebuah candaan tapi itu hinaan !,  Terasa sakit saat tersinggung sedikit saja, namun tak peduli saat bibir manis itu melukai hati yang lain. Tinggal di kota ini, seperti tinggal di rimba primitive dengan arsitektur nan modern. Makhluk-makhluk angkuh berwajah malaikat, berhati seperti api yang berkobar membakar rerumputan kering di hutan ilalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukur.

Dulu seseorang pernah bercerita kepadaku, padahal ia jauh lebih dewasa pikirku. Umurnya, pengalamannya jauh lebih banyak ia dibanding aku. I...